Aksi Protes Bergulir 12 Hari, Kasus Covid-19 di AS Naik Hingga 250.000

Gubernur New York, Andrew Cuomo

New York, Info Breaking News – Seiring dengan bergulirnya aksi protes Black Lives Matter (BLM) di Amerika Serikat selama 12 hari, jumlah kasus positif Covid-19 di negara tersebut pun tercatat mengalami penambahan hingga 250.000 orang.

Dengan berlangsungnya aksi demonstrasi yang dilakukan di hampir 700 kota di 50 negara bagian AS tersebut, jumlah kasus baru Covid-19 pun terus menyebar dengan belasan ribu kasus baru terdiagnosis setiap hari, disertai angka kematian yang terus meningkat.

Para demonstran mengabaikan aturan jarak sosial, sebagian dari mereka pun terlihat tak menggunakan masker untuk melindungi diri dari paparan virus ketika tengah berada di kerumunan massa.

Menyusul hal ini, para Gubernur di AS pun mengaku khawatir terkait penyebaran Covid-19 yang meningkat seiring aksi demonstrasi BLM yang menuntut keadilan atas kematian George Floyd. Apalagi peningkatan kasus terjadi seiring dengan mulai dibukanya kembali kegiatan bisnis yang dimaksudkan untuk menggerakan ekonomi AS yang hampir lumpuh akibat pandemi Covid-19.

Sejumlah gubernur mengkhawatirkan aksi demonstran justru membuat kasus Covid-19 makin melonjak dan gelombang kedua pandemi di negara itu lebih cepat terjadi.

Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York yang adalah pusat pandemi Covid-19 di AS memperingatkan warganya untuk tetap melindungi diri. Cuomo diketahui  baru saja memperluas upaya pembukaan kembali menyusul penurunan dramatis dalam kematian dan kasus baru Covid-19 di New York.

Menurutnya, kini New York sedang berada di jalur untuk memasuki "fase satu" pembukaan kembali pada 8 Juni 2020. Hal ini memungkinkan perusahaan konstruksi dan manufaktur beroperasi kembali, serta perusahaan ritel dapat melakukan transaksi di pinggir jalan atau di dalam toko dengan mekanisme pick-up (jemput) dan take a way (dibawa pulang).

Di beberapa daerah di negara bagian New York, rumah ibadah akan diizinkan untuk dibuka kembali pada tingkat hunian 25% dengan "semua protokol jarak sosial" pada Minggu (7/6). Namun seiring dengan aksi demonstrasi BLM, Andrew Cuomo khawatir kasus dan kematian akibat Covid yang sebelumnya telah menurun nantinya akan kembali meningkat.

Amerika Serikat sendiri sejatinya sudah kembali membuka sejumlah pusat wisata. Taman hiburan Universal Orlando resmi beroperasi 5 Juni lalu setelah ditutup selama hampir tiga bulan. Kasino terkenal Las Vegas juga kembali dibuka minggu ini.

Kendati demikian, pejabat kesehatan masyarakat telah menyuarakan keprihatinan bahwa demonstran dan polisi yang terlibat dalam gerakan BLM dapat memacu penyebaran Covid-19 dan mempercepat datangnya gelombang kedua pandemi.

Aturan sosial hampir pasti tidak bisa diterapkan untuk aksi demonstrasi yang melibatkan ribuan orang. Bahkan penggunaan masker pun nyaris tak dipatuhi semua demonstran. Sejumlah pengamat mengatakan upaya polisi dalam membubarkan demonstran dengan menggunakan gas air mata dan semprotan merica pada pengunjuk rasa, meningkatkan risiko penyebaran Covid-19.

"Zat-zat ini menyebabkan batuk dan semprotan merica berbahan dasar minyak membuat lendir, air liur, dan air mata meninggalkan hidung, mulut, dan mata." kata Dr Anthony Fauci, yang mempelopori respons AS terhadap Covid-19.

Fauci menyampaikan keprihatinan karena warga AS seolah mengabaikan bahaya dari virus Covid-19 yang belum ditemukan obat ataupun vaksinnya.

"Setiap kali saya mendengar atau melihat kerumunan orang banyak pada suatu waktu dan wilayah geografis di mana ada penularan infeksi aktif, itu adalah pengaturan yang sempurna untuk penyebaran virus dalam arti menciptakan blip yang mungkin berubah menjadi beberapa gelombang. Jadi saya sangat khawatir," pungkasnya. ***Jeremy

Subscribe to receive free email updates: