Foto bersama usai seminar, bikin berita.(foto: Manfred/KM) |
Yogyakarta, (KM)--Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa seluruh Tanah Papua Daerah Istimewa Yogyakarta (FKPMKP DIY) menyelenggarakan kegiatan seminar sehari. Kegiatan ini berllangsung pada hari, Sabtu, (04/02/17) bertempat Aula asrama Dogiyai, Klebengan Yoogyakarta, pukul 08.00 s/d 13.00 WIB.
Materi pertama ,Jurnalistik: Cara Biking Berita, dengan nara sumber Y.B Margantoro, mantan Redaktur Senior Harian BERNAS JOGJA yang juga sebagai Direktur Lembaga Pelatihan Jurnalistik Bernas Jogja (LPJB), materi kedua: Persoalan Pendidikan Papua, dengan nara sumber Yona Pulalo, aktivis dan pendiri Gerakan Papua Mengajar (GPM) yang sementara ini sedang mengayam pendidikan lanjut di Universitas Gaja Mahda (UGM) Ygyakarta kemudian dihadiri oleh sedikitnya 40 rang peserta.
Menurut Bastian Tebai selaku Ketua FPMKP DIY dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk menginformasikan setiap peristiwa yang terjadi diatas tanah Papua dengan cara menulis. Salah satu caranya adaah dengan menulis berita.
kemudian materi kedua, Lanjut Tebai, tentang persoalan pendidkan di Papua. Menueurtnya, Persoaln pendidikan ini menjadi dasar yan harus kita ketahui bersama sebelum perkembangan- perkembangan lain. Kita sebagai mahasiswa perlu mengetahui masalah-masalah dalam kemajuan penddikan di Papua. Tentunya juga, kita sebagai mahasiswa, setelah mengetahui akar persoalan kita dapat mengisi atau membenahi probelm pendidik di Papua.
"kedua materi ini, kami ambil berdasarkan kesepakatan kami bersama di Forum, saat rapat rutin. Kami menilai kedua materi ini sangat singkronisasi, sehingga, pada hari ini, kami melangsungkan kegiatann seminar sehari," ujarnya.
Pada awal, juga sebagai pengenalan awal, Margantoro mengenalkan dasar-dasar jurnalistik kepada peserta yang dalam seminar ini. Materi-materi dasar jurnalistik kali ini lebih pada cara menulis berita. Akan tetapi dalam kesempatan tersebut, Margantoro, Rahasia sukses membuat berita bagi wartawan pemula.
YB. Margantoro mengatakan, hal dasar yang tidak boleh lupa dalam penulisan berita, adalah rumus 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Ada pun hal-hal yang perlu diperhatikan, observasi, wawancara, signifikan, dan aktual.
Ia mengajak, para peserta agar terus membiasan diri dengan menulis. "Kalau anda ingin belajar mennulis, ciptakan suasana suka untuk menulis, menghargai prosesnya, motivasi yang kuat, terima tantangan dan ingin terus mencoba. Kata YB. Margantoro, "Ada pun resiko yang harus diterima oleh jurnalis, yang paling tinggi siap dibunuh, hajinya tentunya juga anda akan ditolak," bebernya.
Lanjut, teruslah mencoba mneulis, hargai proses sebab,menurutnya proses adalah sebuah perjalanan karya yang harus dijalani, suka atau tidak suka. Daya tahan seseorang untuk memperolah hasil terletak pada proses ini. Dalam kesempatan itu juga membagikan rahasis sukses membuat berita bagi wartawan pemula.
Dirinya minta kepada peserta, agar biasakan menulis hal-hal yang kecil, misalnya seperi menuis Surat Pembaca.
Kemudian, pada sisi kedua, materi tetang persolann Pendidikan Papua, Yona Pulalo dalam pemaparan materinya mengatakan, pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara sekolah, orangtua, masyarakat dan keluarga.
Foto brsama usai seminar kedua: Persoalan pendidikan Papua.(Foto: Manfred/KM) |
Masalah besar yang dihadapi papua saat ini, banyak anak-anak Papau yang masih buta huruf. Untuk itu perlu ada kesadaran yang diawali dari saya sebagai orang Papua, apa yang harus kita lakukan kepada adik-adik kita yang belum bisa baca, menulis dan berhitung.
Namun, sebelum daripada itu, didahulukan dengan pemutaran film dokumenter tentang Gerakan Papua Mengajar (GPM).
Kata Yona, untuk GPM telah menyadari dan mengambil komitmen untuk membanu pemerintah dan masyarakat dalam dunia pendidikan yang kian merosot kualitasnya khususnya di tanah Papua.
pendidika global dan nasional tidak sama sekali membuat anak-anak Papua mengerti dengan apa yang diajarkan di sekolahan,hal ini disebabkan karena kurikulum dari pusat tidak sesuai dengan kebiasaan orang Papua.
"saat kita di SD diajarkan tentag Budi, Sawa dan lain-lain , sama seka tidak ada di Papua, sedangkan yang dibuthkan orang papua saat ini pendidikan kontekstual, belajar dari apa yang ada di Papua" ujarnya.
Dia juga meminta agar, ada yang tergerak hatinya secara sukarela untuk mengjar adik-adik kita di setiap daerah kita di Papua. Hal ini sangat penting, sebab kendala besar yang kami hadapai adalah perbedaabn budaya setempat.
"Akan lebih baik bilah, kita mengajar adik-adik kita di tempat kita berassa. Hal ini sangat penting untuk dilakukan guna kemajuan pendidikan di Papua, mempercipan kader-kader enerus bagi Papua," tegasnya lagi.
Pantauan media ini, kegitan baik dari awal hingga akhir. Peserta pun antusias untuk lebih tahu tentang menulis dan persoalan pndidikan di Papua.
Liputor: Manfred/KM