Simbol Warisan Jokowi, Soeharto dan SBY di Pilgub DKI
Penulis : Alifurrahman
Pilgub Jakarta jadi festival gagasan dan ide? Mimpiiii. Jahahaha sampai sekarang para lawan Ahok masih kebingungan mau memberi ide atau gagasan apa. Semuanya kompak menjawab akan melanjutkan program yang baik dari Ahok. Kalau hanya melanjutkan, ya buat apa rakyat Jakarta milih mereka? Mending pilih Ahok lagi dong.
Si bapak pencetus festival gagasan itu malah baru mengenalkan salam bersama. Padahal sebelumnya sudah mengenalkan salam W W for wowo. Ini sebenarnya cagub apa penari latar? Kok kebanyakan gaya. Pagi kedelei sore tempe, mencla mencle. Kebayang kan, untuk hal-hal tidak fundamental saja diseriusi, sudah begitu berubah-ubah. Ini apa-apaan?
Tapi ya oke lah, saya akui salam bersama lebih baik dari salam W. Sebab salam W itu sudah ngetren di kalangan ABG Korea. Mungkin karena konsultannya sedang melow gegara nonton Drakor.
Salam bersama yang baru diresmikan kemarin ini seolah-olah penting sekali. Padahal sebenarnya salam seperti itu sebelumnya dipakai oleh Partai Pika. Selain itu juga mirip gaya Soeharto yang sangat melegenda.
Sementara kubu Agus juga sibuk dengan simbol AHY biar mirip SBY. Padahal dalam konteks Pilgub Jakarta, AHY malah lebih mirip AHok Yes dibanding Agus Harimurti Yudhoyono.
Sebenarnya simbol dan ciri khas seperti itu wajar saja. Sama seperti Jokowi dengan baju kotak-kotak, sekarang Ahok Djarot pun pakai baju kotak-kotak lagi, tapi modelnya lebih trendi. Sementara salam-salam yang dipakai Anies Sandi itu mungkin terinspirasi oleh Jokowi yang pada 2014 lalu tenar dengan salam dua jari.
Yang menjadi kurang wajar itu sampai diresmikan, seolah penting sekali. Padahal itu hanya hiasan kampanye, bukan hal inti dari Pilkada. Rakyat Jakarta menunggu gagasan dan ide-ide baru. Kalau soal salam-salam itu nomer sekian, tidak terlalu penting. Kalau sampai salam-salam seperti itu terlihat lebih penting dibanding solusi untuk Jakarta, bisa dipastikan mereka hanya memikirkan soal menang dan kalah.
Padahal seharusnya yang digembar-gemborkan adalah ide atau gagasan seperti Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Jakarta Pintar seperti yang dikenalkan Jokowi. Kalau sekarang, semua lawan-lawan Ahok masih nol gagasan.
Simbol warisan
Menarik untuk melihat simbol-simbol yang digunakan 3 calon pasangan Pilgub DKI. Semuanya seperti hanya menerima warisan, dengan sedikit modifikasi.
Ahok Djarot, tetap dengan baju kotak-kotak, simbol warisan Jokowi. Wajar saja, mereka berangkat dari kendaraan yang sama merahnya, PDIP.
Anies Sandi, salam bersama, simbol warisan Soeharto. Wajar saja, Prabowo pernah menjadi menantu Soeharto.
Agus Sylviana, simbol AHY, persis SBY. Maklum saja, kan anaknya.
Terlepas bahwa ini tak terlalu penting untuk kemajuan Jakarta dan Indonesia, namun tetap saja memiliki pengaruh bagi pendukungnya. Sekarang semuanya sudah terbentuk dan terkotak-kotak.
Mereka para pemilih Jokowi, kebanyakannya pasti memilih Ahok. Partainya sama, simbolnya sama. Bahkan Ahok juga bisa dibilang masih bagian dari Jokowi, sebab dulu pernah jadi wakilnya.
Mereka pemilih Prabowo, kebanyakannya pasti memilih Anies. Partainya sama, simbolnya ikut mertua. Bahwa Anies sebenarnya juga bisa dibilang masih bagian dari Jokowi, karena pernah jadi timses dan menteri, tapi sekarang sudah tidak bisa lagi menggaet suara pemilih Jokowi. Sebab Anies dinilai negatif dan haus kekuasaan.
Mereka pemilih SBY, kebanyakannya pasti memilih Agus. Partainya sama, simbolnya sama. Sangat jelas Agus adalah bagian dari SBY, kan anaknya?!
Hal ini menarik dan dapat dijadikan survey tidak resmi untuk Pilpres 2019 nanti. Tentang seberapa besar suara Jokowi mampu mempengaruhi rakyat untuk memilih Ahok? Seberapa fanatik pendukung Prabowo yang sudah kalah 2014 lalu? Kemudian seberapa banyak rakyat yang masih cinta dengan SBY?
Angka-angka yang nantinya menjadi hasil akhir Pilgub DKI secara tidak langsung akan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. Meski memang tidak akan persis 100% sama, sebab aktornya punya plus minus yang berbeda. Ucapan Anies lebih tertata dan cerdas dibanding Prabowo. Ahok kontras sekali dengan Jokowi yang tenang dan kalem. Sementara Agus lebih tidak berpengalaman dibanding SBY, sebab pangkat terakhirnya hanya Mayor.
Terakhir, buah busuk jatuh tak jauh dari pohonnya. Sementara buah yang bagus biasanya berada jauh dari pohonnya sebab dijual mahal dan kadang diekspor.
Selengkapnya :
http://ift.tt/2duML58