Orangtua Hanna, yang berprofesi sebagai pegtani, tak memiliki uang sebanyak itu sehingga mereka meminta bantuan teman dan tetangga. Nathan dan Rachel Cue, tetangga orangtua Hanna, tersentuh mendengar kisah tersebut dan mengambil uang tabungan sebsar 11.000 poundsterling atau sekitar Rp 215 juta dan memberikan uang tersebut. Namun, Nathan dan Rachel kemudian melapor ke polisi setelah melihar foto-foto Hanna di Facebook yang memperlihatkan dia tengah berpesta dan minum minuman keras. "Saya lalu mulai mencari. Saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk menelusuri dan saya yakin 100 persen dia telah menipu kami. Saat itulah saya melapor ke polisi," kata Nathan kepada stasiun televisi Channel Nine. Polisi kemudian turun tangan lalu menangkap Hanna dan menjeratnya dengan pasal penipuan. Di pengadilan Hanna mengaku bersalah atas seluruh tujuh dakwaan yang ditujukan kepadanya. Sambil menyebut perilaku Hanna sebagai hal yang menjijikkan, hakim di sebuah pengadilan di negara bagian Victoria menjatuhkan hukuman tiga bulan kurungan, 150 jam kerja sosial, dan terapi kesehatan mental. Selain itu, pengadilan juga memerintahkan Hanna mengembalikan uang yang didapat dari para korbannya dan menyebut gadis itu akan kehilangan pekerjaan. Kuasa hukum Hanna, Beverley Lindsay mengatakan, meski kliennya sudah merugikan tetapi dia sudah berubah.
"Dia sudah berubah dan dia membuktikannya. Mengirimnya ke penjara adalah sebuah kemunduran," ujar Beverley. Namun, hakim berpendapat Hanna memiliki "mental pengemis" dan hukuman penjara sangat penting untuk mencegahnya melakukan hal serupa di masa depan. *** Dwi Melisa.