Penulis : Dimaz Akbar
Probolinggo,KraksaanOnline.com – Momentum peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) tahun 2017 diharapkan mampu memberikan spirit yang kuat untuk terus berbenah dan memberikan layanan pembinaan evaluasi dan penilaian capaian pendidikan non formal.
Terlebih pada puncak peringatan HAI tahun 2017 di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat, Jumat (8/9/2017), Kabupaten Probolinggo menerima penghargaan Anugerah Aksara Utama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI atas pelaksanaan penuntasan buta aksara dengan hasil yang cukup signifikan.
"Suatu anugerah dan prestasi yang sangat menggembirakan. Disaat-saat tahun terakhir kepemimpinan Ibu Bupati Probolinggo dapat membuktikan kinerja di pendidikan non formal, khususnya percepatan penurunan buta aksara, "kata Penilik Diktara Kecamatan Besuk Massajo.
Menyikapi hal tersebut, Massajo melakukan kunjungan ke TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Insan Cendekia yang berlokasi di utara lapangan Kecamatan Besuk. Dimana TBM ini menjadi sebuah unit layanan kegiatan membaca di PKBM Insan Cendekia Kecamatan Besuk.
"Pada tahun 2016 lalu, lembaga satuan PKBM Insan Cendekia menjadi satu-satunya PKBM yang telah diakreditasi dengan kualifikasi A. Peran dan fungsi TBM diantaranya adalah sebagai unit layanan pendidikan non formal yang menyediakan layanan buku-buku untuk dibaca di TBM dan bisa dipinjam untuk baca di rumah," jelasnya.
Menurut Massajo, sasaran dari TBM PKBM Insan Cendekia adalah para peserta didik kesetaraan dan keaksaraan. Diharapkan mereka dan para termasuk para alumni Warga Belajar (WB) dapat memanfaatkan TBM untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan serta berwirausaha.
"Hal ini dikarenakan buku-buku yang ada di TBM bukan hanya bacaan cerita, ilmu pengetahuan, Sains dan lain-lain, tapi juga banyak buku-buku keterampilan dan kewirausahaan seperti ternak lele, bebek, pemanfaatan barang-barang bekas serta batik dan lain-lain, "terangnya.
Bahkan terang Massajo, diera digital saat ini pihaknya sedang memberikan bimbingan untuk mengembangankan literasi digital agar semakin diminati pengunjung. Dari buku pengunjung di TBM sudah 1.000 lebih yang datang dan pinjam buku di TBM. Namun mayoritas mereka adalah pelajar.
"Disadari menunmbuhkan minat baca tulis bagi WB PNF masih rendah. Apalagi WB keaksaraan masih rentan buta aksara kembali manakala tidak aktif calistung (baca, menulis dan berhitung) dan sudah lama tidak belajar, "tambahnya.
Massajo menambahkan hasil penelitian Unesco tahun 2012 menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih 0,001. Artinya setiap 1000 orang baru ada 1 orang yang mempunyai semangat membaca. Gambaran inilah tentu tantangan tugas berat dalam pendidikan non formal.
"Amanah UU Sisdiknas menyebutkan bahwa PNF berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap dalam layanan pendidikan di Indonesia. Semoga tetap semangat dan selalu bersinergi dengan semua pihak. Modal besar saat ini adalah prestasi Ibu Bupati atas Anugerah Aksara Utama tahun 2017," pungkasnya. (maz)