Tiga kali juara dunia MotoGP, Marc Marquez, sangat mencintai kota kelahirannya Cervera dan balap motor.
SBOBET INDONESIA ~ Kehidupan Marc Marquez tak lagi sama setelah menjadi juara dunia MotoGP. Pebalap asal Spanyol itu kini memiliki banyak penggemar di berbagai belahan dunia dan gerak-geriknya selalu menjadi sorotan awak media.
Namun, ada satu hal yang tak berubah dalam diri Marquez. Pebalap berusia 23 tahun itu tetap menjadi anak rumahan.
Marquez masih tinggal satu atap bersama kedua orangtuanya di sebuah rumah sederhana di Cervera, Catalunya, yang sudah ditempati sejak sebelum putra pasangan Julia Marquez dan Roser Alenta itu lahir. Bahkan, Marquez masih tidur di tempat tidur lamanya.
Padahal dengan pendapatan sekitar 11 juta dolar AS (Rp 146 miliar) per tahun, Marquez bisa saja mengikuti jejak pebalap berstatus juara dunia lain yang pindah ke Monako atau Swiss dan menempati tempat tinggal mewah.
Saat mayoritas pebalap lain menghabiskan waktu musim dingin untuk berlibur ke daerah yang lebih hangat seperti Maladewa, Marquez lebih memilih menghabiskan waktu di kota kelahirannya.
"Tentu kehidupan saya saat ini berbeda dibanding sebelum menjadi juara dunia MotoGP. Namun, jika kalian melihat keluarga saya, tak ada sedikit pun yang berubah. Di sini (Cervera) saya bisa berlatih bersama sahabat dan juga adik saya Alex," kata Marquez seperti dikutip dari My Statesman, Jumat (10/2/2017).
Marquez lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya merupakan pekerja konstruksi, sedangkan ibunya seorang sekretaris. Bahkan, kedua orangtua Marquez kehilangan pekerjaan saat Spanyol dihantam krisis ekonomi.
"Kami kadang sampai tak makan malam demi membeli sepatu balap buat anak kami. Banyak pengorbanan yang harus kami lakukan agar Marc dan Alex bisa menjadi seperti sekarang," ujar ayah Marquez, Julia.
Pengorbanan Julia dan Roser tak sia-sia. Marc Marquez kini sudah tiga kali menjadi juara dunia MotoGP. Bahkan, pada 2014, Marc (MotoGP) dan Alex (Moto3) mencetak sejarah dengan menjadi kakak-adik pertama yang menjadi juara dunia balap motor grand prix pada tahun yang sama.
Setelah kehilangan pekerjaan, Julia kerap mendampingi kedua putranya berkeliling dunia untuk balapan. Sebagai orangtua, dia mengaku kerap merasa khawatir melihat kedua anaknya beraksi di trek. Apalagi balap motor merupakan olahraga yang berbahaya.
"Saya sering melihat Marc tampil begitu agresif. Jika sudah seperti itu saya pasti bertanya apakah dia perlu melakukannya. Namun, Marc pasti bilang jika tak mencoba dia tak akan tahu limitnya," tutur Julia.
Gaya membalap Marquez yang agresif membuatnya kerap terlibat rivalitas dengan pebalap lain. Salah satunya adalah dengan tujuh kali juara dunia kelas primer (500cc/MotoGP), Valentino Rossi.
"Saat pertama kali datang ke MotoGP, banyak yang mengkritik saya karena saya terlalu agresif dan mengambil risiko besar. Namun, kini banyak pebalap lain yang mengikuti gaya saya. Balap motor adalah olahraga yang lekat dengan kontak fisik. Tensinya pasti tak sama dengan tenis. Jika cuma adu cepat tanpa kontak badan, saya yakin kami semua akan berteman," kata Marquez.
Marquez saat ini total sudah mengoleksi lima gelar di balapan grand prix. Pada 2014, Team Principal Repsol Honda, Livio Suppo, memprediksi Marquez bakal melewati pencapaian Rossi yang sudah meraih sembilan titel.
Marquez enggan membicarakan soal kemungkinan melewati prestasi Rossi. Namun, satu hal yang pasti dia ingin seperti The Doctor, yaitu beredar dalam jangka waktu yang panjang di balap motor grand prix. Rasa cinta Marquez kepada balap motor sama besar seperti rasa cintanya kepada Cervera. Karena itu, Marquez tak mau pensiun dini seperti Casey Stoner.
"Jika Anda mengambil motor saya, maka Anda menghapus separuh hidup saya," kata Marc Marquez.