http://ift.tt/20kt43r - Berita Terkini Terbaru Hari Ini - Seorang ibu asal Telford, Shropshire, Inggris tak tega untuk menggugurkan kandungannya walau itu mengancam keselamatan jiwanya,
setelah melihat calon anaknya tersebut tersenyum ke arahnya ketika diteropong menggunakan alat realtime scaner tiga dimensi.
Katyia Rowe, diberitahu oleh dokter bahwa janin di rahimnya itu berkembang dengan sejumlah kelainan di bagian otaknya yang belum terbentuk dengan baik.
Hal itu mengakibatkan bayinya tersebut tidak akan pernah bisa berjalan atau berbicara, dan memerlukan perawatan selama 24 jam.
Dokter-pun menyarankannya untuk menggugurkannya.
Namun setelah melihat bayinya melalui alat realtime scaner, bergerak, tersenyum, meniup gelembung, menendang dan melambaikan tangannya. Lima gerak bayi ini bikin Katyia memutuskan untuk tetap mengandungnya.
Tragisnya Lucian, nama bayi malang itu meninggal dunia, sembilan jam setelah ia dilahirkan.
Kendati cobaan itu terasa sangat menyakitkan, namun Katyia tidak menyesal harus menjalaninya karena ia masih dapat merasakan kehangatan pelukan anaknya.
"Pada saat kami diberitahu bahwa anak kami mengalami kelainan otak, kami merasa hancur"
"Namun saat dokter melakukan scan untuk menilai sejauh mana ia cacat, saya melihatnya tersenyum dan bermain di dalam rahimku, dan aku tahu tidak bisa mengakhiri hidupnya," ujarnya, seperti dilansir dari Dailymail, Selasa (15/1/2013).
"Jika dia bisa tersenyum dan bermain meskipun cacat ia layak untuk menikmati hidup apa pun yang ia tinggalkan, tidak peduli seberapa singkat" ujarnya.
"Hanya karena hidupnya akan lebih pendek atau berbeda, tidak berarti ia tidak layak mengalaminya," lanjutnya.
Akhirnya Katyia melahirkan buah hatinya itu pada tanggal 23 Oktober 2012, di Rumah Sakit Royal Shrewsbury.
"Saat itu kami sudah siap dengan segala risiko, termasuk tidak membawa pulang bayi kami, seperti orangtua baru lainnya," katanya.
Senyuman Janin Terekam USG
Sementara itu, Aimee Fagan (27), terkejut melihat hasil Ultra Sonografi (USG) empat dimensi janin dalam kandungannya.
Hasil USG memperlihatkan janin ibu dua anak asal Inggris ini tengah tersenyum lebar.
Tak hanya Fagan, perawat yang melakukan USG juga sama terkejut dengan wajah janin perempuan yang memperlihatkan senyum bahagia.
Fagan mengisahkan bahwa sang janin perempuan itu tersenyum setiap kali anak perempuannya, Mollie (3), berbicara pada calon adik lewat perut Fagan yang tengah 30 minggu mengandung.
"Perawat USG mengatakan bahwa dia tidak pernah melihat janin tersenyum begitu sering dan terlihat bahagia," terang Fagan.
Menurut Fagan, saat sesi USG janinnya terlihat seperti sedang bersembunyi dan susah sekali untuk mendapatkan deteksi wajah.
Namun, seiring celotehan Molly pada sang adik dalam perut Fagan, janinnya pun mulai bergerak dan tersenyum.
"Kami pun jadi berprasangka, apakah janinku tersenyum karena Mollie. Lalu, perawat meminta Mollie untuk berhenti bicara. Apa yang terjadi kemudian pun mengherankan, yakni janinnya tak lagi tersenyum," urainya.
Namun, ketika Mollie kembali menyapa dan berbicara dengan sang adik dalam perut Fagan, janinnya memasang senyum lebar.
"Seolah janinku mendengar dan menyukai kehadiran kakaknya," imbuhnya.
Pengalaman Fagan membuat para pakar karakter wajah dan psikolog kembali mempertanyakan kebenaran teori bahwa bayi belajar berekspresi karena mencontoh ibu.
Sebab, janin Fagan yang tersenyum membuktikan bahwa kemampuan berekspresi telah terbentuk semenjak bayi dalam kandungan.