HorasSumutNews - Berita Terkini Terbaru Hari Ini - Hasil survei yang dilakukan Poltracking Indonesia mencatatkan hanya pasangan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma)-Sandiaga Uno mampu kalahkan petahanaBasuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Heru Budi Hartono.
Elektabilitas mereka tertahan di 36,92 persen, sementara pesaingnya unggul di 38,21 persen.
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira menilai hasil survei Poltracking yang mengatakan Basuki Tjahaja Purnama tak aman secara elektabilitas tidak mengejutkannya dan Partai.
Apalagi dia menilai Risma merupakan sosok "Ahok Plus".
"Hasil survey ini tidak mengejutkan. Karena kalau mau mengalahkan Ahok, ya harus cari figur yang secara kualitatif adalah Ahok plus. Figur seperti ini ada pada Risma," ujarnya ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (16/9/2016).
Bukan hanya Survei Poltracking, kata dia. Hasil survey kualitatif lembaga psikplogi UI juga menunjukan hasil surve seperti ini.
Dia menjelaskan lebih lanjut, kalau dibandingkan head to head Ahok dan Risma, keduanya mempunyai pengalaman dan kapabilitas yang imbang.
"Kelebihan pada Risma adalah kepribadiannya yang tegas tapi santun dan ngemong," ujarnya.
Dengan begitu, imbuhnya tidak mengejutkan kalau hasil survey poltracking figur Risma bisa mengimbangi bahkan mengalahkan Ahok.
Tingkat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama lebih tinggi dibandingkan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, jika Pilkada DKI Jakarta digelar hari ini.
Namun, kondisi sebaliknya ditunjukkan dalam pertarungan head to head, saat kedua tokoh itu disandingkan dengan calon wakilnya.
Hal itu merujuk pada hasil survei Poltracking Indonesia yang digelar 6-9 September 2016.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha menjelaskan, elektabilitas calon petahana menunjukkan angka 40,77 persen.
Sementara itu, untuk Risma, angka yang tampil hanya 13,85 persen.
"Perolehan suara Risma cukup mengejutkan mengingat dia belum menyatakan maju pada Pilkada DKI Jakarta," kata Hanta saat memaparkan hasil survei pada diskusi bertajuk "Menakar Kandidat Kuat Gubernur DKI Jakarta 2017" di Jakarta, Kamis (15/9/2016).
Dalam survei itu, Poltracking membuat simulasi pasangan calon kepala daerah yang akan maju pada Pilkada DKI.
Ketika Ahok berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat, elektabilitasnya lebih tinggi dibandingkan Yusril Ihza Mahendra-Sandiaga Uno.
Persentase perbandingan menunjukkan angka 44,62 persen berbanding 35,38 persen.
Begitu pula saat Ahok-Djarot disimulasikan melawan Sandiaga-Saefullah; Ahok-Djarot meraih dukungan 41,54 persen, sedangkan Sandiaga-Saefullah hanya meraih 27,18 persen.
Namun, ketika Ahok dipasangkan dengan Heru Budi Hartono dan kemudian disimulasikan melawan Risma-Sandiaga, sepasang calon petahana itu harus siap mengakui kekalahan.
Elektabilitas mereka tertahan di 36,92 persen, sementara pesaingnya unggul di 38,21 persen.
"Ini berarti, jika sosok Risma maju, maka ia akan menjadi lawan berat bagi petahana," ujarnya.
Hasil serupa juga diperlihatkan ketika simulasi pasangan calon berubah.
Hasil serupa juga diperlihatkan ketika simulasi pasangan calon berubah.
Saat Risma dipasangkan dengan Anies Baswedan, mereka tetap unggul dengan perolehan 37,95 persen, jika melawan Ahok-Heru Budi Hartono (35,64 persen).
Survei yang dilakukan Poltracking menggunakan metode multistage random sampling terhadap 400 responden.
Tingkat margin of error sebesar 4,59 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.